Kendalikan Akal Dengan Iman
Ibarat mata yang tidak dapat berfungsi kecuali apabila ada cahaya, begitu pula akal, dia tidak akan berfungsi bila tidak ada cahaya ilmu yang terpancar dari nur Al Quran dan As Sunnah.
Jika akal digunakan untuk mengambil cahaya ini dengan mempelajari, memahami lalu mengamalkan serta mendakwahkannya, maka akan segala kebaikan dunia akhirat akan teraih. Namun jika tidak demikian, maka kehancuranlah yang akan muncul.
Saat orang kafir yang buta mata hatinya menggunakan akalnya untuk merusak Islam, mereka memandang syariat islam sekadar sebuah pemikiran yang bisa diterima dan ditolak. Maka munculnya sebagian kaum muslimin yang –insya alloh berniat baik– untuk menolak dan membantah mereka dengan pola pikir mereka, membantah lawan dengan senjata lawan –begitulah istilah yang sering didengungkan– akhirnya mereka lebih mengedepankan cara berfikir ala orientalis dalam memahami Al Quran dan As sunnah, dan meninggalkan cara-cara yang di tempuh ulama.
Akhirnya muncullah berbagai pola pemikiran aneh dan berdirilah lembaga pendidikan yang mengajak umat berpikir model semacam ini. Wal hasil muncullah para pemikir Islam atau cendikiawan muslim.
Yang sangat disayangkan, istilah Pemikiran Islami hingga hari ini masih banyak dipakai di kalangan kaum muslimin dalam tulisan-tulisan dan pembicaraan mereka. Keadaan makin parah manakala sebagian dari tokoh pergerakan islam berusaha memalingkan pemuda islam dari kitab-kitab ulama salaf dan mengarahkannya kepada buku-buku pemikiran yang penuh syubhat. mereka membuat opini bahwa kitab-kitab salaf hanya berlaku pada zamannya dan tidak relevan dengan zaman sekarang.
Benarkah Islam disebut sebagai pemikiran ? Bukankahkah Islam datang dari Alloh sedangkan pemikiran datang dari manusia?
Diantara nash yang menunjukkan celaan terhadap RO’YU
Dari Abdulloh bin Amr bin Ash Rosululloh bersabda :
“Sesungguhnya Alloh tidaklah mencabut ilmu begitu saja dari dada-dada para ulama tetapi Dia mencabut ilmu dengan mematikan ulama, hingga ketika tidak tersisa seorang yang berilmu maka manusia mengambil pemimpin-pemimpin yang bodoh mereka berfatwa dengan RO’YU (pemikiran/pendapat) mereka, mereka sesat dan menyesatkan.”
[Bukhari Dan Muslim]
Umar bin Khoththob berkata :
“Sesungguhnya para ahli RO’YU adalah musuh-musuh Sunnah. Mereka merasa tidak mampu untuk menghafal hadist dan memahami sunnah. karena itu mereka menentang sunnah dengan RO’YU mereka. maka berhati-hatilah terhadap mereka.”
[Diriwayatkan Oleh Ad DAruquthni dalam sunannya 4/164 dan Al Lalika’i dalam Syarah Ushul I’tiqod Ahli Sunnah